TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu Setyo Eko Atmojo, M.Pd
Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu Setyo Eko Atmojo, M.Pd
Disusun
oleh:
1.
Riza Syarifudin (11144600121/A4)
2.
Tataq
Wedaringtyas (11144600144/A4)
3.
Kartika Sari (11144600146/A4)
4.
Wiwin Sholikhah (11144600153/A4)
5. ……..
5. ……..
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2012
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Makalah
yang berjudul “Teori Perkembangan
Kognitif Piaget” dapat diselesaikan. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas
mata kuliah Perkembangan Peserta Didik sebagai tugas Semester Genap.
Tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada Bapak Setyo Eko Admojo, M.Pd. selaku Dosen Pengampu Perkembangan Peserta Didik yang telah membimbing dan
mengarahkan dalam penyusunan makalah ini. Serta semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah.
Kami menyadari adanya kekurangan
dan kesalahan dalam makalah ini, kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi
kita semua.
Yogyakarta, 7 Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I (PENDAHULUAN) . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A.
LATAR
BELAKANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. .
B.
RUMUSAN
MASALAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C.
TUJUAN
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . .
D.
MANFAAT
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . .
BAB
II (PEMBAHASAN) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . .
BAB
III (PENUTUP) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . .
DAFTAR
PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . .
Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pengetahuan tidak berbentuk kesadaran aprori yang
sudah ditetapkan di dalam diri subyek, terbentuk dari perceptual, oleh
pertukaran antara organisme dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi serta
antarafikiran dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.
Piaget, dalam Bringuier, 1980, hlm. 110.
Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif
memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak
didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan
membentuk struktur yang diperlukan dalam interaksi terus-menerus dengan
lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat
subjektif waktu masih bayi dan masa kanak-kanak awal dan menjadi objektif dalam
masa dewasa awal.
Perkembangan cara berfikir berlainan dari masa bayi
sampai usia dewasa meliputi tindakan bayi, pra operasi, operasi kongkrit dan
operasi formal. Proses dibentuknya setiap struktur yang lebih kompleks ini
adalah asimilasi dan akomodasi, diatur oleh ekuilibrasi.
Piaget memberikan proses pembentukan pengetahuan dari
pandangan yang lain, beliau menguraikan pengalaman fisik atau pengetahuan
eksogen, merupakan abstrak dari cirri-ciri obyek, pengalaman logis, matematis
atau pengetahuan endogen disusun melalui reorganisasi proses pemikiran anak
didik. Struktur tindakan , operasi kongkrit dan operasi formal dibangun dengan
jalan logis-matematis.
Sumbangan bagi praktek pendidikan untuk karya-karya Piaget mengenali
pengetahuan disosialisasikan dari sudut pandangan anak. IMplementasi kurikulum
menjadi pelik oleh kenyataan bahwa teorinya tidak memasukan hubungan antara
berfikir logis dan pelajaran pokok seperti membaca dan menulis.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka masalah yang akan dirumuskan sebagai berikut:
a. Apa pengertian dari kognitif ?
b. Apa prinsip-prinsip dari teori piaget ?
c. Apa aspek-aspek intelegensi itu?
d. Bagaimana teori perkembangan piaget ?
C.
Tujuan
Berdasarkan
masalah yang telah dirumuskan sehingga tujuan pembuatan makalah sebagai
berikut:
a. Memaparkan tentang pengertian kognitif
b. Memaparkan prinsip dasar teori piaget
c. Memaparkan aspek intelegensi
d. Memaparkan teori perkembangan piaget
D.
Manfaat
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka manfaat yang diperoleh sebagai berikut:
a. Mengetahui dan memahami pengertian dari kognitif.
b. Dapat menyebutkan prinsip-prinsip dari teori piaget.
c. Memahami dan menyebutkan aspek-aspek intelegensi.
d. Memahami teori perkembangan piaget.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kognitif
Kognitif adalah salah satu unsure dalam
kaidah pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang
terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention),
penerapan (application ), analisa (analysis), sintesa (synthesis), evaluasi
(evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk
mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Teori kognitif menekankan bagaimana proses
atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki orang
lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih
menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan
merespons terhadap stimulus yang dating kepada dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari sering
mendengarkan kata kognitif. Dari aspek pendidikan misalnya, seorang guru
diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus
memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran,
pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa.
Jean piaget (1896-1980), pakar psikologi
dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif
mereka sendiri. Dalam pandangan piaget, terdapat dua proses yang mendasari
perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (
adaptasi).
Kecenderungan organisasi dapat dilukiskan
sebagai kecenderungan bawaan setiap organism untuk mengintregasi proses sendiri
menjadi system-sistem yang koheren. Adaptasi dapat dilakukan sebagai
kecenderungan bawaan setiap organism untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan keadaan sosial.
Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri
dalam dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu
menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada.
Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan
informasi baru.
B.
Prinsip Dasar Teori
Piaget
Jean Piaget dikenal dengan teori
perkembangan intelektual yang menyaluruh, mencerminkan adanya kekuatan antara
fungsi biologi dan psikologi ( perkembangan jiwa).
Piaget menerangkan inteligensi sendiri
sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. Contoh : manusia tidak mempunyai
mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin, manusia tidak mempunyai
kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa, manusia tidak mempunyai keahlian
dalam memanjat pohon, tetapi manusia memiliki kepandaian memproduksi pakaian
dan kendaraan untuk transportasi.
Faktor
yang berpengaruh dalam perkembangan kognitif, yaitu:
1.
Fisik
Interaksi
antara individu dan dunia laut merupakan sumber pengetahuan baru, kontak dengan
dunia fisik tidak cukup megembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi
individu dapat memanfaatkan pengalaman.
2.
Kematangan
Kematangan
system syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memproleh manfaat secara
maksimum dari pengalaman fisik. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang
berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar
sendiri.
3.
Pengaruh social
Lingkungan
social termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau
menghambat perkembangan struktur kognitif.
4.
Proses pengaturan diri
yang disebut ekuilibrasi
Proses
pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu
dengan lingkungannya maupun pengalaman fisik, pengalaman social dan perkembangan
jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu.
C.
Aspek Intelegensi
Menurut
Piaget, intelegensi dapat dilihat dari 3 persepektif berbeda:
1.
Struktur disebut juga
scheme (skema)
Struktur
dan organisasi terdapat di lingkungan, pikiran manusia lebih meniru struktur
realita eksternal secara pasif. Interaksi pikiran manusia dengan dunia luar,
mencocokan dunia ke dalam “ mental framework “ sendiri. Struktur kognitif
merupakan mental framework yang dibangun seseorang dengan mengambil informasi
dari lingkungan dan menginterpretasikan, mengorganisasikan serta
mentransformasikan ( Flavell, Miller dan Miller).
Dua
hal penting yang harus diingat tentang membangun struktur kognitif:
a.
Seseorang terlibat secara
aktif dalam membangun proses.
b.
Lingkungan dimana
seseorang berinteraksi penting untuk perkembangan struktural.
2.
Isi (content)
Yaitu
pola tingkah laku spesifik individu menghadapi sesuatu masalah. Merupakan
materi kasar, karena Piaget kurang tertarik pada apa yang anak-anak ketahui,
lebih tertarik pada apa yang mendasari proses berfikir. Piaget melihat “isi”
kurang penting disbanding dengan struktur dan fungsinya. Bila isi adalah “apa”
dari intelegensi, sedangkan “bagaimana” dan “mengapa” ditentukan oleh kognitif
atau intelektual.
3.
Fungsi (fungtion)
Yaitu
suatu proses dimana struktur kognitif dibangun. Semua organism hidup yang
berinteraksi dengan lingkungan mempunyai fungsi melalui proses organisasi dan
adaptasi. Organisasi cenderung untuk mengintregasi diri dan dunia ke dalam
suatu bentuk dari bagian menjadi satu kesatuan yang penuh arti, sebagai suatu
cara untuk mengurangi kompleksitas.
Adaptasi terhadap lingkungan terjadi dalam
2 cara:
a)
Organisme memanipulasi
dunia luar dengan cara membuat menjadi serupa dengan dirinya. Proses ini
disebut asimilasi. Asimilasi mengambil sesuatu dari dunia luar dan
mencocokannya ke dalam struktur yang sudah ada. Contoh: manusia mengasimilasi
makanan dengan membuatnya ke dalam komponen nutrisi, makanan yang mereka makan
menjadi bagian dari diri mereka.
b)
Organisme memodifikasi
dirinya sehingga menjadi menyukai lingkungan. Proses ini disebut akomodasi.
Ketika seseorang mengakomodasi sesuatu, mereka mengubah diri mereka sendiri
untuk memenuhi kebutuhan eksternal. Contoh: tubuh tidak hanya mengasimilasi
makanan tetapi mengakomodasikannya dengan menskresi cairan lambung untuk
menghancurkan dan kontraksi lambung mencerna secara involunter.
D.
Teori Perkembangan
Piaget
Jean Piaget, merancang model yang
mendeskripsikan bagaimana manusia memahami dunianya dengan mengumpulkan dan
mengorganisasikan informasi.
Menurut Piaget seperti yang dikutip
Woolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh maturasi (kematangan),
aktivitas dan transmisi social. Kematangan berkaitan dengan perubahan biologis
yang terprogram secara genetic. Aktivitas berkaitan dengan kemampuan untuk
menangani lingkungan dan belajar darinya.
Tahap-tahap
Perkembangan
Piaget
membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkolerasi
dengan semakin canggih seiring perkembangan usia:
1.
Periode sensorimotor
(usia 0-2 tahun )
2.
Periode praoperasional
(usia 2-7 tahun)
3.
Periode operasional
konkrit (usia 7-11 tahun)
4.
Periode operasional
formal ( usia 11 tahun sampai dewasa)
1.
Tahap Sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah
refleksbawaan, dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk
melalui diferensiasi refleks bawaan. Piaget berpendapat bahwa tahapan menandai
perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial / persepsi dalam 6 sub
tahapan:
a.
Sub-tahapan skema
refleks, mencul saat lahir sampai usia 6 minggu dan berhubungan terutama dengan
refleks.
b.
Sub-tahapan fase reaksi
sirkular primer, dari usia 6 minggu sampai 4 bulan dan berhubungan terutama
dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
c.
Sub-tahapan fase reaksi
sirkular sekunder, muncul antara usia 4 sampai 9 bulan dan berhubungan terutama
dengan koordinasi antar penglihatan dan pemaknaan.
d.
Sub-tahapan koordinasi
reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia 9-12 bulan, saat berkembang
kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen.
e.
Sub-tahapan fase reaksi
sirkular tersier, muncul dalam usia 12-18 bulan
dan berhubungan terutama dengan penemuan cara baru untuk mencapai
tujuan.
f.
Sub-tahapan awal
representasi simbolik, berhubungan dengan tahapan awal kreativitas.
2.
Tahapan Praoperasional
Dengan mengamati urutan permainan, Piaget
menunjukkan bahwa setelah akhir usia 2 tahun jenis yang secar kualitatif baru
dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran praoperasi dalam teori Piaget adalah
prosedur melakukan tindakan mental secara objek. Ciri dari tahapan ini adalah
operasi mental yang secara logika tidak
memadai. Dalam tahapan praoperasional, anak belajar menggunakan dan
mempresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih
bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang
lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu cirri, seperti
mengumpulkan semua benda merah dengan bentuk berbeda-beda atau mengumpulkan
semua benda dengan warna berbeda.
3.
Tahapan Operasional
Konkrit
Muncul antar usia 6-12 tahun dan mempunyai
cirri berupa penggunaan logika memadai. Proses penting selama tahapan
operasional konkrit adalah:
a.
Pengurutan
Yaitu
kemampuan untuk mengurutkan objekmenurut ukuran dan bentuk. Contoh: bila diberi bemda berbeda
ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling
kecil.
b.
Klasifikasi
Yaitu
kemampuan untuk member nama dan mengidentifikasi serangkain benda menurut
tampilan, ukuran, atau karakteristik, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda
dapat menyertakan benda lain ke dalam rangkain tersebut. Anak tidak lagi
memiliki keterbatasan logika berupa animism (anggapan bahwa semua benda hidup
dan berperasaan).
c.
Decentering
Anak
mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Contoh: anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tetapi
pendek lebih sedikit isinya disbanding cangkir kecil yang tinggi.
d.
Reversibility
Anak
mulai memahami bahwa jumlah atau bendadapat diubah, kemudian kembali ke keadaan
semula. Contoh: anak dengan cepat menentukan 4+4=8, 8-4=4, jumlah sebelumnya.
e.
Konservasi
Memahami
kuantitas, panjang, atau jumlah benda adalah tidak berhubungan dengan
pengaturan atau tampilan dari objek. Contoh: bila anak diberi cangkir yang
seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas
lain yang ukurannya berbeda, air di gelas akan tatap sama banyak dengan cangkir
lain.
f.
Penghilangan sifat
Egosentrisma
Kemampuan
untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang berpikir
dengan cara yang salah). Contoh: tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti
menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang
memindahkan boneka ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan.
Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti tetap menganggap
boneka ada di dalam kotak walaupun anak tahu bahwa boneka sudah dipindahkan ke
dalam laci oleh Ujang.
4.
Tahap Operasional Formal
Tahap ini mulai dialami anak dalm usia 11
tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap
operasional formal adalah di perolehnya kemampuan untuk berfikir secara
abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia. Seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan
nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih,
namun ada “gradasi abu-abu” diantaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan
opersional formal muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar
lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif,
penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa
orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan tahap operasional formal, sehingga
tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap
menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Keempat
tahapan di atas memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a.
Dapat dicapai dalam usia
bervariasi, urutannya sama, tidak ada tahapan yang diloncati dan tidak ada
urutan yang mundur.
b.
Universal (tidak terkait
budaya)
c.
Bisa digeneralisasi
(representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku
pada semua konsep dan isi pengetahuan).
d.
Tahapan berupa
keseluruhan yang terorganisasi secara logis.
e.
Urutan tahapan bersifat
hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, lebih
terdiferensiasi dan terintregrasi).
f.
Tahapan
merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir.
Pembelajaran
dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada:
1.
Berfikir atau proses
mental anak, tidak sekedar pada hasilnya dan mengutamakan peran siswa dalam
kegiatan pembelajaran serta memaklumi adanya perbedaan individu dalam kemajuan
perkembangan yang dapat dipengaruhi oleh perkembangan intelektual anak.
2.
Teori dasar perkembangan
kognitif dari Jean Piaget mewajibkan guru agar pembelajaran diisi dengan
kegiatan interaksi inderawi antara siswa dengan benda dan fenomenakonkrit yang
ada di lingkungan serta dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan kemampuan
berpikir, antara lain berpikir konservasi.
3.
Piaget memusatkan pada
tahap perkembangan intelektual yang dilalui oleh semua individu tanpa memandang
latar konteks social dan budaya, yang mendalami bagaimana anak berpikir dan
berproses berkaitan dengan perkembangan intelektual.
4.
Menurut Piaget, siswa
dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan
membangun pengetahuan mereka sendiri.
5.
Pengetahuan tidak statis
tetapi secara terus-menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi
pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan
awal.
6.
Piaget menjelaskan bahwa
anak kecil memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus-menerus berusaha
memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu menurut Piaget, memotivasi mereka
untuk aktif membangun pemahaman tantang lingkungan yang mereka hayati.
BAB
III
PENUTUP
Jean Piaget (1896-1980),
pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif
dunia kognitif mereka sendiri. Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif
memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak
didik dengan lingkungan. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang
kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti
penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan
cara menilai siswa.
Jean Piagat dikenal
dengan teori perkembangan intelektual yang menyeluruh, yang mencerminkan adanya
kekuatan antara fungsi biologi dan psikologis. Bayi lahir dengan reflex bawaan,
skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks.
Pada masa kanak-kanak, anak belum mempunyai konsepsi tentang objek tetap. Ia
hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan inderanya. Anak dapat
mengetahui symbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal yang
abstrak (tak berwujud).
Menurut Piaget, intelegensi dapat dilihat
dari 3 perspektif berbeda:
1.
Struktur
2.
Isi
3.
Fungsi
Menurut
Piaget seperti yang dikutip Woolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi
oleh maturasi (kematangan), aktivitas dan transmisi social. Maturasi atau kematangan
berkaitan dengan perubahan biologis yang terprogram secara genetik.
DAFTAR PUSTAKA
Margaret E. Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan, CV Rajawali
UniversitasTerbuka, 1991
Wikipedia, VALMBAND, Latar Belakang Jean Piaget,arthachristianti.wordpress.com, Pembelajaran Guru, Berbagai Bahan Terkait Model-Model
Pembelajaran
By Gina F & Balya Hulaimy, Ibid., hlm.
28
Anita Woolfolk, Educational Psychology,
Active Learning Edition, Bagian Pertama, Edisi Bahasa Indonesia. (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar : 2009) hlm. 49-50
Santrock, op. cit., hlm 38-44
Jamaris. Op. Cit., hlm. 37
Anita Woolfolk. Educational Psychology. Edisi
Bahasa Indonesia. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hlm. 51
0 komentar:
Posting Komentar